watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TAK TERDUGA

Ini kisah nyata dimana aku menggauli sekaligus
4 orang dalam 1 keluarga. Kisah ini terjadi pada
pertengahan tahun 2007. Aku pria yang sudah
berkeluarga dan waktu itu berusia 43 tahun.
Tinggal dan bekerja di Jakarta.
Pada suatu hari ketika sedang sibuk-sibuknya di
kantor, datang sepucuk surat lewat perusahaan
kurir yang ditujukan kepadaku dari kota asal
kelahiran ku di jawa barat. Tanpa alamat
pengirim. Dengan perasaan bingung campur
penasaran aku buka surat itu. Surat itu ternyata
dari mantan pacar (Wati, nama samaran) cinta
pertama kami berdua sewaktu SMA tahun 1981.
Hampir 26 tahun yang lalu. Isinya menyatakan
bahwa dia sudah menikah namun selalu teringat
aku, mempunyai 3 orang anak berikut alamat
lengkap dan no handphone.
Singkat cerita akhirnya kami bertelepon ria dan
kenangan manispun timbul kembali. Aku berjanji
jika ada libur panjang maka aku akan datang
berkunjung. Ketika libur panjang datang dengan
alasan yang dibuat-buat kepada istri akhirnya aku
datang juga ke kota asalku. Aku sengaja tidak
nginap di famili, namun di hotel. Dan pada sore
itu pula aku datangi rumahnya.
Dengan rasa penasaran karena sudah lama tidak
bertemu, aku mencoba mengira-ngira wajahnya
saat ini seperti apa, ya?
Perlahan ku ketuk pintu sambil berucap :
“permisi….”
” mas anto ,ya? ” sesosok wanita cantik muncul
di balik pintu
“Iya” sambil aku masih menebak-nebak ” wati
ya……..”
“Bukan, saya Sri adiknya, masuk mas…. mbak
Wati sebentar keluar, lagi di kamar”.
Kuperhatikan wanita ini mirip Wati namun
tampak lebih muda dari perkiraanku. Dulu waktu
aku pacaran memang tidak pernah bertemu
dengan Sri, karena dia ikut neneknya di
Wonosari. Tak lama kemudian keluarlah Wati.
Wajahnya tampak tidak sesuai dengan
bayanganku, kerana memang saat itu Wati
sudah 42 tahun. Namun sisa kecantikannya
masih terlihat jelas begitu pula bodynya masih
terawat. Suaminya hari itu sedang mendapat
tugas lembur (piket) di sebuah Rumah Sakit.
Setelah basa-basi dan bernostalgia akhirnya
sekitar jam 8 malam aku pamit, karena badanku
letih.
Terus terang aku ingin memeluk dan
menciumnya seperti dulu ketika tadi siang
bertemu. Tapi karena suasana rumah tidak
memungkinkan akhirnya perasaan itu terbawa
sampai malam. Tidak lama aku di Hotel, tiba2
HPku berdering, ternyata Wati yang telphon. Dia
memaksa untuk datang mememuiku di hotel.
Dengan rasa campur aduk antara senang dan
galau aku mengiyakan permintaan itu.
Hmmmm…… rupanya Wati memendam
keinginan yang sama, pikirku.
Kujemput dia di lobby, turun dari becak Wati
kelihatan sudah tidak sabar ingin segera berdua.
Dengan segera ku bawa dia ke kamar. Benar
saja…… baru juga aku menutup pintu Wati
langsung menubruk aku dengan pelukan penuh
kerinduan dan air mata. Kami lama berpelukan
tanpa kata-kata. Terus terang waktu pacaran
dulu kami hanya sebatas berpegangan tangan.
Tidak lebih.
Pelan-pelan kehangatan menjalar ditubuhku,
entah siapa yang memulai akhirnya kami saling
berciuman. Kurasakan kehausan dan kerakusan
ketika bibir dan lidah kami saling terpaut.
Lidahnya menjelajah relung mulutku. Lidahku
membelai dan mengarahkan lidahnya untuk
terus bergerak liar. Bersamaan dengan itu
penisku menegang dengan sempurna.
Bukannya menghindar, Wati malah lebih
menekankan dan menggeser-geserkan
pinggulnya sehingga penisku smakin
mengembang. Dengan penuh nafsu akhirnya
kami melanjutkan aksi. Sambil tetap bercium
kutelusuri sisi tubuhnya dengan tanganku,
sampai akhirnya mendarat di pantat. Kuremas
kedua pantatnya dan sedikit semi sedikit
kunaikan roknya, sehingga tanganku menyentuh
kulit paha dan pantatnya yang halus itu. Karena
aku paham bahwa kami sudah sangat bernapsu,
maka tanganku kananku langsung kuselipkan
dibalik celana dalamnya. Kuremas pantatnya
yang masih kenyal. Sementara tangan kiriku
sudah bergerak menuju payudaranya. Rupanya
Watipun sudah sangat terbakar,tangannya tidak
segan-segan mengelus-elus penisku dari luar.
Kami tetap berciuman.
Pelan-pelan tangan kananku bergeser dari pantat
menuju memeknya. Ketika jariku mulai
membelah dan menemukan clirotisnya maka
saat itulah dia melepaskan ciumannya, dia
mendesah dan tubuhnya sedikit bergetar.
Kuusap pelah-pelan clirotisnya, kujelajahi belahan
memeknya dari bawah sampai atas. Basahnya
sudah tak terbendung.
Aku merasa dia berusaha membuka resleting
celanaku. Akhirnya aku lepas pelukannya, aku
lepas memeknya. Dia agak terkejut dengan
perbuatanku. Kutatap sambil kupegang kedua
bahunya.
” kamu yakin akan melakukan ini…..? tanyaku.
Dia cuma mengangguk pelan.
” Aku sudah memimpikan ini dari dulu” lirihnya.
Akhirnya ku bimbing dia ketempat tidur. Kami
berciuman kembali. Satu demi satu pakaian
terlepas. Kutelusuri tubuhnya yang tidak muda
lagi. Sambil tetap berciuman kubuka pahanya
dan tanganku kembali menyelinap lembut pada
memeknya. Pada saat itulah tangannya mencari-
cari penisku. Sambil digenggam diusapnya
cairan yang keluar dari penisku dengan ibu
jarinya. Rasanya sungguh luar biasa ketika ibu
jarinya berputar-putar di ujung penis.
Tak lama aku merasa bahwa penisku di tarik-
tarik pelan. Aku tahu dia sudah menginginkan
penisku dimasukan. Tapi aku ingin melihat dulu
bentuk memeknya. Maka ku lepas ciumanku dan
aku turun kebawah. Sambil duduk diantara
kakinya kulebarkan pelah-pelan kedua pahanya.
Dan memek itu merekah. Warna merah muncul
diantara lebatnya bulu. Penisku makin berdenyut
melihatnya.
“aku jilat ya…..” pintaku. Dia diam saja. Maka
lidahku kubenamkan diantara rimbunnya bulu
dan menelusuri setiap lekuk lubang basah,
hangat dan beraroma khas. Kujilat dan kuisap
clirotisnya. Desahnya sudah berganti dengan
erangan. Kedua tangannya mencengram lembut
rambutku. Terus kumainkan lidah menelusuri
lembah sampai ke dalamnya. Sementara penisku
terus berdenyut. Dan ketika Wati sudah menarik-
narik rambutku, maka aku paham dia sudah
menginginkan penisku masuk ke dalamnya.
“ah…mas, masukin sekarang mas…….” lirihnya
Pelan-pelan aku merayap di atas tubuhnya,
sambil tetap menciumi perut, dada dan lehernya.
Ketika akhirnya kepala penisku menemukan
lubang kenikmatan itu kasabaran Wati sudah
hilang. Di dekapnya aku dengan satu tangan dan
tangan lain menekan pantatku sambil pantat dia
diangkat ke atas. AKhirnya penisku masuk
dengan sempurna ke dalam memeknya. Bukan
lagi erangan yang aku dengar tapi berubah
menjadi teriakan tanpa suara.
Malam itu kami menemukan kebahagian dan
kenikmatan yang luar biasa. Kami saling
menjelajahi tubuh dengan mata, bibir dan lidah.
Saling pijat dengan tangan dan kemaluan kami.
Berminggu-mginggu kemudian kami rutin ke
hotel. Baik di kota asalku atau di Jakarta. Dan
yang mengherankan aku adalah suaminya
“merestui” hubungan kami. Belakangan aku tahu
bahwa suaminya sudah lama tidak berfungsi.
Pada sekitar bulan ke 4 hubungan kami, sesuai
dengan janji aku datang lagi ke rumahnya. Ku
ketuk pintu seperti biasa.
” silahkan masuk, mas. ” kudengar bukan suara
Wati, tapi suara Sri. Aku pun masuk dan duduk
di ruang tamu.
” mbak Wati nya lagi arisan mas, tunggu dulu
aja ya.” kata Sri sambil pergi. Akupun
mengiyakan. Tak lama kemudian dia muncul lagi
dengan membawa teh hangat.
” minum mas” kata Sri. Aku pikir dia akan masuk
kedalam lagi tapi ternyata duduk di hadapanku
menemaniku ngobrol. Kami ngobrol biasa, aku
sama sekali tidak menggoda. Dan dari obrolan
itulah aku tahu bahwa dia dulu nikah usia muda
dan sekarang sudah menjanda selama 4 tahun
dengan 2 0rang anak perempuan berusia 22 dan
19 tahun. Tidak berapa lama kami mengobrol
basa-basi tiba-tiba Sri bertanya:
” jakartanya di mana mas?” kusebutkan satu
daerah di jakarta selatan.
“kalau sunter di daerah mana mas? tanya Sri
kembali.
“emang ada apa?” balasku bertanya.
“minggu depan saya ada undangan teman
dekatku menikahkan anaknya, di sunter”
ujarnya.
” oh…ya kalau kamu belum tahu daerahnya nanti
saya antar deh, tinggal kasih tahu kapan
berangkatnya, nanti saya jemput di statsiun
gambir.” kataku. Sri tampak ragu-ragu
menerima tawaranku.
“aku nggak enak sama mbak Wati” katanya.
“ya jangan kasih tahu mbak Wati” kataku.
Akhirnya dengan sedikit ragu Sri mengiyakan
tawaranku. Dan untuk memperlancar urusan
kami saling bertukar nomor handphone. Tak
lama kemudian datanglah 2 cewek cantik
menerobos masuk. Sri langsung mengenalkan
mereka padaku.
” ini anak-anakku. yang besar Yani dan adiknya
Indah” katanya. Aku hanya terpana melihat
kemolekan mereka. Setelah bersalaman
merekapun masuk ke dalam.
Tidak lama kemudia Wati datang bersama
suaminya.
Singkat cerita malam itu saya dan Wati kembali
bertempur di hotel sampai terasa lolos tulang-
tulangku. Besoknya ketika aku pulang
menggunakan kereta, masuk SMS dari Sri
berbunyi : ” Mas, smalam diapain mbakku? hari
ini keliatannya lemes banget tapi wajahnya
cerah…”
Kubalas SMSnya dengan bahasa yang agak
vulgar ” Ku jilat dari atas sampai bawah, yang
paling lama di tengah2. main 3 ronde, mas juga
lemes”. Seketika itu juga datang balasannya ”
Enak dong”. Lalu ku balas ” Mau nggak?”. Tak
ada balasan lagi.
Terus terang semenjak saat itu yang selalu lebih
terkenang di benakku adalah Sri bukan Wati.
Kami lebih sering SMS an, aku sengaja
memancing dengan bahasa yang
“nyerempet2.”, namun Sri menanggapi dengan
dingin saja.
Pada waktu yang telah ditentukan dengan
perasaan berbunga dan dengan rencana “jahat”
di otakku, aku jemput Sri di Stasiun Gambir.
Namun rencanaku terasa berantakan seketika.
Ternyata Sri datang dengan anak sulungnya,
Yani. Entah perasaanku saja atau memang nyata
demikian, aku melihat kerinduan di mata Sri
ketika dia melihatku. Kami bersalaman dan
langsung berangkat menuju salah satu daerah di
Sunter. Ternyata rumah kerabat Sri berada di
daerah padat penduduk. Rumah kecil di gang
kecil. Karena suasana mau pesta, maka rumah
kecil itu semakin sesak dengan famili dan kerabat
yang lain. Aku melihat keraguan di mata Sri
ketika ditawari menginap di situ.
“tidurnya gimana ini?” lirih Yani yang sempat aku
dengar. Akhirnya aku berinisitif menawarkan
hotel yang dekat lokasi itu. Merekapun mau. “Ini
kesempatan” pikirku. Selama dalam perjalanan
aku menyusun lagi strategi agar malam itu aku
bisa menikmati Sri. Peniskuku sudah tegang
sejak memikirkan itu.
Ketika di hotel aku pesan 2 kamar. Sri dan Yani
terlihat heran.
“Lho, kami satu kamar berdua aja, ga usah
masing-masing satu kamar” ujar Sri.
“Ini buat aku, lagi malas pulang” kataku.
Menjelang sore kami sudah masuk kamar
masing-masing. Selama itu pula aku masih
bingung memikirkan rencana “jahat” ku. Namun
yang namanya setan sungguh tahu kehendaku.
Selepas magrib pintuku di ketuk Yani.
” Om, Yani pamit dulu sebentar, ini teman Yani
jemput” katanya sambil mengenalkanku pada
seorang cewek sebayanya. Rupanya Yani janjian
dengan seseorang.
” kemana?” tanyaku. ” Mau ke Salemba, om.
kerumah teman” jawabnya. Hatikupun bersorak.
” nginap aja sekalian” dalam hati.
Nggak lama aku SMS Sri, ” Lagi ngapain nih? aku
lagi bengong ga da teman ngobrol” Nggak ada
jawaban sampai 30 menit. Cemas aku
menduga-duga. Tak lama kemudian pintuku di
ketuk. Kulihat Sri berdiri depan pintu dengan
menggunakan pakaian santai. Kaos dan celana
selutut. Kupersilahkan dia masuk, dengan ragu-
ragu dia melangkah dan duduk di kursi rias.
Setelah sedikit berbasa basi aku melancarkan
serangan.
” kamu masih cantik dan bodymu juga masih
OK, kenapa ga nikah lagi?” tanyaku.
“aku masih senang sendiri, takut nikah nanti cerai
lagi…..” jawabnya.
“tapi kan kamu masih muda, masih punya
bebutuhan khusus yang harus dipenuhi”
sambungku. Dia menunduk, paham maksudku.
Kutunggu jawabannya beberapa saat. Sebelum
dia sempat menjawab aku sudah menyentuh
pundaknya dari belakang. Dia nampak terkejut
tapi juga tidak menampik. Kugeser perlahan
tanganku ke pipinya, saat itulah dia menampik
tanganku. Aku bukannya berhenti malah ku
genggam pergelangan tangannya, kutarik dia
untuk berdiri. Dengan perasaan yang masih
bingung ku cium dia di bibirnya. Berontak dia.
Kucengkram rambut dan kepalanya agar dia
tidak berontak dan melepas ciumanku. Beberapa
saat kemudian aku merasa lengannya
melinggkar di pinggangku, saat itulah kulepas
cengkraman dirambutnya. Dia mulai membalas
liarnya lidahku. Tanpa buang waktu tanganku
sudah menelusuri dadanya sampai akhirnya
berlabuh di memeknya. Dan malam itu kami
sempat bercinta 2 babak sampai pintu di ketuk
dari luar. Tok….tok….tok. Kami semua terkejut
dan terperangah. Yani sudah pulang. Kulihat jam
di dinding 22.20. Dengan terburu-buru Sri
mengenakan baju, begitupun aku. Tak lama
kemudia Sri keluar.
Besoknya aku melihat perubahan di wajah Yani.
Ia yang tadinya ramah mendadak menjadi
sangar melihatku. Tak mau bicara baik ke ibunya
apalagi ke aku. Rupanya ia tahu apa yang sudah
kami perbuat. Sekitar jam 9 saya antar mereka
menuju tempat pesta dan siangnya saya antar
kembali mereka ke Stasiun Gambir, pulang ke
kota asal.
Satu minggu kemudian aku kembali datang ke
kota kecil itu. Terus terang aku lebih
menginginkan Sri daripada Wati. Maka yang
pertama aku hubungi adalah SRi. Dan malam itu
saya menghabiskan waktu di hotel dengan Sri.
Besoknya di hotel lain saya berduaan dengan
Wati. Begitu terus setiap 2 minggu sampai
kurang lebih 3 bulan aku menikmati pelayanan
dengan 2 gaya dari kakak-adik.
Pada suatu saat ketika saya sedang di kantor di
Jakarta, masuk no telphon yang tidak aku kenal.
” hallo….” jawabku. “Om…..” ku dengar suara
ragu-ragu. Aku kemudian sadar bahwa ini suara
Yani.
” ada apa Yan?” tanyaku setelah berbasa basi.
” tolong Yani, Om. Yani ada di jakarta tapi Yani
kena razia narkoba. Sekarang ada di Polsek
Jakarta ………” jawabnya sambil menyebutkan
satu wilayah jakarta. Sorenya aku kunjungi Yani.
Dia nampak lelah namun tidak terlihat cemas. 3
hari Yani di tahan. Dan selama itu pula aku yang
mensuplai makanan dan baju-baju. Pada hari ke
4 Yani di bebaskan karena tidak terbukti.
Sedangkan temannya terus ditahan karena
terbukti. Aku bingung Yani mau dibawa ke
mana. Ke rumahku jelas ga mungkin. Akhirnya
aku cari hotel dekat rumah. Setelah aku ajak
makan di hotel itu aku terus pulang, sedangkan
Yani langsung masuk kamar.
Jam 8 malam itu aku coba telphon Yani untuk
sekedar menanyakan kabar.
“Om, Yani perlu obat maag sama sikat gigi”
katanya. ” Oke, ntar Om antar” jawabku. Dalam
perjalanan ke hotel itulah pikiran kotorku muncul.
Ketika aku mengetuk pintu Yani hanya
melongokan kepalanya di pintu. Dia nampak
ragu-ragu mempersilahkan aku masuk ke
dalam. ” Boleh Om masuk?. Om mau ngobrol
sebentar ngomongin soal hubungan om dan
mamahmu”. Akhirnya aku dipersilahkan masuk.
Dan saat itulah aku dihadapkan pada
pemandangan yang luar biasa. Yani hanya
mengenakan tangtop tanpa BH dan celana jins
pendek sekali hampir pangkal paha.
Payudaranya menggelembung dengan sehat,
pentilnya samar-samar menonjol keluar.
Rupanya dia sadar aku memperhatikan dan
cepat-cepat menutupnya dengan selimut.
” Yani…..om mohon jangan di tutupi. Kamu
punya tubuh luar biasa indah sayang kalo tidak
ada yang menkmati” kataku langsung. Merah
padam mukanya mendengarku berkata begitu.
Antara malu dan marah menjadi satu. Tapi setan
sudah terlanjur menguasaiku. Dengan segala
rayuan dan bujukan akhirnya Yani mau
melepaskan selimutnya. ” Boleh aku sentuh Yan?
di luarnya aja…….” pintaku. Yani langsung
menolak sambil menyilangkan tangannnya di
dada. Juga dengan rayuan dan bujukan akhirnya
aku di ijinkan memegang putingnya dari luar.
Sambil kami duduk di sisi tempat tidur, aku
mulai menyentuh putingnya. Dia tidak bereaksi
dengan wajah menoleh jauh. Ku sentuh lagi
putingnya yang sebelah kanan. Masih belum
bereaksi juga. Ketika aku pilin putingnya dengan
kedua jariku, mulailah ia sedikit menggelinjang
dan kulihat putingnya mulai tegang. Kuputar
jariku di kedua putingnya, semakin jelaslah
tonjolan di kaosnya. Aku sudah tak tahan ini
menyelusupkan tanganku ke balik tangtopnya.
Namun tanganku di cegah ketika baru sampai
perut. sementara tangan kiriku masih bergerilya
di luar kaos tangan kananku mulai naik perlahan
dari perut. Aku merasakan pegangan tangan dia
mengendur, akhirnya sampailah tanganku
kepuncak bukit kenikmatan dengan bebas. Ketika
kudengar suara rintihan halus, pada saat itulah
aku yakin bahwa permainan ini bisa sampai
tuntas. Maka mulaikah aku meremas, menjilat
dan meghisap putingnya, perutnya, clirotisnya
dengan lembut. Dan malam itu aku
mendapatkan segalanya. Walaupun Yani sudah
tidak perawan, namun dia masih merasa sakit
ketika penisku masuk ke memeknya. Karena
penisku adalah yang kedua kalinya masuk
memeknya setelah dia melakukan yang pertama
dengan pacarnya 2 tahun yang lalu. Malam itu
kami tidak tidur, aku mengajari teori dan praktek
bercinta pada Yani. Selain memberikan
pengertian bahwa hubunganku dengan ibunya
adalah sebatas memenuhi kebutuhan sex.
Singkat cerita hari-hari selanjutnya aku disibukan
oleh SMS dan deringan HP dari mereka bertiga
Wati, Sri dan Yani. Ketika aku pulang ke kotaku,
maka ku gauli ketiganya dengan cara digilir
dengan jadwal yang tersusun rapi sehinga tidak
terjadi “tabrakan”.
Orang ke empat yang aku gauli sebenarnya
bukan anggota keluarga Wati, tapi calon anggota
keluarga. Sebut saja namanya Nancy. Ia adalah
pacar dari anaknya Wati yang bernama Roy.
Kisahnya bermula dari kunjunganku ke rumah
Wati. Pada saat itu tiba-tiba aku mendapatkan
telephon dari kantor di Jakarta. Dikatakan aku
harus menghubungi Mr.X. No HP Mr.X ini
ternyata CDMA. Karena perkiraanku pembicaraan
akan panjang maka aku meminjam HP anaknya
Wati (bernama Roy) yang kebetulan juga CDMA.
Maka sore itu atas ijin Roy aku pinjam sampai
besok CDMA nya.
Malam hari ketika aku sedang makan di luar, tiba-
tiba HP Roy berbunyi.
” Hallo” Jawabku. Aku sudah siap-siap
mendengar suara Mr. X. Namun ternyata yang
kudengar suara merdu seorang perempuan.
” Hallo juga, ini siapa?” jawabnya ragu-ragu.
Setelah saling bertanya baru aku tahu kalau yang
telephon itu adalah tunangan Roy. Aku
menjelaskan bahwa malam itu HP Roy aku
pinjam. Dengan segala caraku akhirnya kami
berkenalan, bahkan ngobrol sampai panjang
lebar. Rupanya obrolan kami nyambung
sehingga kami berjanji akan saling menelephon
lagi.
Singkat kata Nancy rupanya tipe orang yang
penasaran akan sex namun takut untuk
melakukannya. Dengan Roy hanya sebatas
bercumbu tidak mau lebih dari itu. Karena dia
sadar bahwa dia mudah “panas” maka
bercumbu dengan Roy hanya sebatas dada. Dia
ingin lebih dari itu tapi takut kebablasan, katanya.
Nancy banyak bertanya kepadaku soal Sex,
sampai akhirnya kami ber Phone sex. Namun
lama-lama kami berdua penasaran juga.
Akhirnya dengan suatu perjanjian aku bisa
membawa Nancy ke hotel. Perjanjian itu adalah:
aku boleh mengeksplorasi tubuh dia dan saling
memberi kenikmatan namun aku tidak boleh
memasukan penisku ke memeknya. Dia masih
perawan!!. Ketika kutanyakan mengapa dengan
aku, bukan dengan Roy?. Jawabnya adalah : Dia
tidak yakin Roy mampu menahan penisnya
masuk ke memeknya. Komitmen itu aku pegang
teguh.
Ternyata dugaanku dan dugaan dia benar.
Nancy sangat mudah terbakar. Ketika aku cium,
bibirnya seolah magnet. langsung terpaut
dengan bibirku, Tak mau lepas. Seolah kami
sudah mengenal sejak lama, kami langsung
melepaskan seluruh pakaian . Ketika aku akan
melepaskan CDnya, kulihat bulatan basah sudah
terpampang diCDnya. Kujilati seluruh tubuhnya,
dia hanya bisa mendesah dan merintih. Kujilati
pula clirotisnya, kujelajahi seluruh lekukan
memeknya dengan lidahku. Kutempelkan kepala
penis ku ke lubang memeknya, ke clirotisnya. Ku
usap-usap clirotisnya dengan kepala penisku. Ku
lihat ia beberapa kali orgasme. Hari itu aku
berpesta dengan tubuhnya. Tapi aku tidak
memasukan penisku ke memeknya!!!. Spermaku
keluar dengan cara di kocok dengan tangan atau
payudaranya. Bulan Maret 2010 kemarin Nancy
sudah berani mengeluarkan spermaku di dalam
mulutnya. Dia berjanji jika sudah menikah, kami
akan selalu bertemu untuk menuntaskan rasa
yang tertunda.


Adult | GO HOME | Exit
1/1043
U-ON

inc Powered by Xtgem.com